Berpakaian adat warnai Binter Korem 163/WSA.
Tidak seperti hari-hari biasanya, para Prajurit dan
PNS Korem 163/Wira Satya melaksanakan apel pagi/sore menggunakan seragam
tentara/Korpri, tetapi pada jumat pagi (14/2) seluruh personel Korem 163/Wira
Satya mengenakan pakaian adat Bali.
Pakaian seragam adat madya yang dikenakan
Korem 163/WSA sangat
menarik
yaitu Saput (kain) dan Udeng (ikat kepala). dibuat dari kain loreng hijau TNI mungkin ini masih
biasa, yang luar biasa adalah mulai hari itu ditetapkan sebagai hari pertama,
untuk selanjutnya pemakaian seragam adat madya loreng hijau digunakan sebagai
seragam dinas pada hari setiap bulan purnama dan tilem.
Kegiatan ini diilhami oleh pepatah bijak yang
mengatakan “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” istilah Balinya “Desa
Kala Patra / Desa Mawa Cara”. Meskipun
prajurit TNI harus berjiwa Nasionalis, namun dimanapun berada dan bertugas
tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Jika
ingin dicintai rakyat maka cintailah, hormatilah adat istiadat rakyat setempat.
Pepatah ini digunakan oleh TNI termasuk para prajurit Korem 163/WSA, terlebih
bagi aparat teritorial yang melaksanakan tugas di Bali diharapkan
bisa mengenakan pakaian adat madya dengan saput dan udeng loreng. Tujuannya
adalah untuk lebih memudahkan berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan tetap tidak meninggalkan jati dirinya
sebagai Tentara Nasional Indonesia yang menghargai dan menghormati kearifan
lokal.
Mungkin untuk jajaran prajurit di Udayana baru
Korem 163/WSA yang ada di provinsi Bali yang melakukan ini. Kebijakan pimpinan ini bagai gayung bersambut
dan selaras dengan kebijakan
Pemprov Bali yang lebih
dulu menerapkan aturan pemakaian
baju adat Bali bagi segenap PNS Pemda dan murid-murid sekolah khususnya pada
saat hari Purnama dan Tilem. Semoga terobosan baru ini menjadi satu spirit
bagi Korem 163/WSA dalam melaksanakan Pembinaan Teritorial yang lebih fleksibel
sehingga Kemanunggalan TNI dan Rakyat Bali makin kokoh
0 komentar:
Posting Komentar